Terima kasih atas Kunjungan Anda di Website SDIT Darussalam Makassar

Senin, 13 Maret 2017

PAPAN BINTANG DAN JUARA KELAS




Sebagai seorang sarjana pendidikan guru Sekolah Dasar, awalnya saya tidak mengajar di kelas. Saya lebih memilih menggunakan keterampilan saya di bidang Ilmu Tekhnologi (IT) untuk menjadi seorang Operator Sekolah (OPS) di salah satu Sekolah Dasar yang ada di Kota Makassar. Bergelut dengan komputer dan

mendampingi kepala sekolah dalam acara workshop dan pelatihan.



Setelah menjalani tugas sebagai OPS selama dua tahun, muncul pemikiran dalam diri saya, sampai kapan saya akan terus menatap layar, memainkan jari-jari saya pada keyboard laptop, dan berurusan dengan berkas-berkas kepala sekolah. Sementara latar belakang pendidikan saya adalah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Saya sudah belajar selama empat tahun untuk menjadi guru profesional, berdiri gagah di depan kelas, mengajar dan mendidik generasi penerus bangsa. Tetapi setelah sarjana malah hanya mengurusi benda mati yaitu laptop dan berkas-berkas.



Akhirnya aku memutuskan untuk mencari sekolah yang membutuhkan seorang guru. Dari seorang teman, aku mendapat kabar bahwa SDIT Darussalam membuka lowongan guru kelas. Akupun langsung melengkapi berkas dan mengirimkan lamaran pekerjaan. Syukur Alhamdulillah, langsung diterima sebagai guru kelas di kelas satu. Awalnya sempat heran, mengapa aku harus di kelas satu? Biasanya yang lebih cocok untuk kelas satu itu guru perempuan, yang berke-ibu-an. Tapi, ternyata aku tidak sendirian dalam kelas, aku ditemani oleh seorang guru pendamping yang akan membantuku selama proses pembelajaran berlangsung.

Setelah beberapa bulan menjalani tugas sebagai guru kelas, aku mendapatkan informasi dari seorang teman bahwa Dompet Dhuafa mengadakan pelatihan untuk guru-guru mudah yang ingin menjadi guru hebat dan profesioa, nama programnya adalah School Master of Teacher (SMT). Akupun memutuskan untuk mengikuti program tersebut sebagai peserta SMT angkatan kedua untuk Kota Makassar.

Banyak sekali pelajaran dan peengalaman yang aku dapatkan dari pelatihan tersebut. Mulai dari penyusunan perangkap pembelajaran, penyajian materi yang lebih menarik, mengihas kelas sampai memotivasi belajar siswa. Salah satu yang baru bagi saya adalah papan bintang. Awalnya aku melihat hal tersebut biasa saja, tapi ternyata setelah digunakan dalam kelas, pengaruhnya sangat luar biasa.

Ketika aku membawa papan bintang ke kelas, anak-anak kelihatan heran. Tidak tega melihat mereka keheranan, aku langsung menjelaskan. “Anak-anak, ini adalah papan bintang, yang saya pegang ini adalah papan bintang individu, papan bintang untuk menempel bintang setiap siswa dan yang ada sama ibu guru adalah papan bintang kelompok, untuk menempelkan bintang kelompok. Setiap anak berhak mengumpulkan bintang sebanyak-banyaknya. Cara mendapatkan bintang yaitu dengan menjadi anak yang rajin, aktif, dan tetap semangat mengikuti setiap pembelajaran dari awal sampai selesai. Semua pertanyaan dari saya selama proses pembelajaran berlangsung, jika dijawab dengan baik dan benar akan saya bayar dengan satu bintang. Sementara bagi kelompok yang paling kompak akan saya berikan bintang kelompok”.

Penggunaan papan bintang betul-betul membangkitkan semangat belajar siswa. Dengan adanya hadiah berupa bintang, mereka berlomba-lomba mengacungkan tangan setiap ada pertanyaan yang keluar dari mulut saya, baik pertanyaan-pertanyaan apersepsi di awal pembelajaran maupun pada saat pembelajaran berlangsung dan saat menyimpulkan materi pelajaran. Penggunaan papan bintang ternyata dapat membuat pembelajaran menjadi lebih hidup.

Selain sebagai hadiah, saya juga memanfaatkan bintang sebagai konsekwensi atau hukuman bagi siswa yang melanggar aturan kelas atau kurang sopan terhadap guru dan teman-temannya. Bagi siswa yang suka mengganggu teman, berkelahi, mengeluarkan kata-kata kurang sopan dan mengganggu ketertiban atau melanggar aturan kelas lainnya akan dicabut bintangnya. Dengn demikian, bintang bukan hanya sebagai pendorong untuk lebih semangat belajar tetapi juga sebagai penghalang untuk berbuat hal-hal yang tidak baik.

Untuk bintang kelompok, bagi kelompok yang semua anggotanya mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) saya berikan satu bintang, akan tetapi bagi kelompok yang salah satu anggota kelompoknya tidak mengerjakan PR bintangnya saya cabut. hal ini menbuat siswa lebih kompak dalam kelompok dan saling mengingatkan untuk mengerjakan semua PR yang saya berikan.

Penerimaan hasil laporan pada semester dua agak berbeda dengan semester satu. Pada semester satu, hadiah yang diterima oleh siswa sebagai juara kelas hanya dua kategori, yaitu peringkat kelas dengan nilai tertinggi dari akumulasi semua nilai akademik dan juara pelajaran agama yang dinilai dari bacaan al-qur’an, hafalan al-qur’an dan pengetahuan pelajaran agama lainnya. Tetapi pada semester dua, saya menambahkan satu kategori lagi yaitu peringkat dengan peraih bintang terbanyak pertama, kedua dan ketiga sebagai siswa teraktif di kelas. Hadiahnya juga langsung diberikan di hadapan orang tua murid pada saat penerimaan buku laporan murid.



Sumber Tulisan Klik Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar